Mama mandikan Aku...
Sumber http://www.jamilazzaini.com/
Beberapa tahun lalu saya mendapatkan sebuah cerita dari sahabat saya mas Zaim Saidi. Beliau bercerita tentang satu keluarga yang sangat sibuk mengejar karir. Sang suami dan istri masing-masing bekerja di sebuah perusahaan ternama.
Bila ditanya alasan Anda bekerja, keduanya menjawab demi kebahagiaan keluarga. Tetapi bila ditanya berapa lama Anda bersama keluarga dalam satu pekan, mereka hanya terdiam. Suami istri ini sudah dikaruniai anak yang sangat lucu, cerdas dan cantik. Mereka menyebut anaknya sebagai “malaikat kecil” karena memang anak itu sangat menghibur dan membahagiakan bagi mereka.
Mereka mengajari anaknya yang baru kelas 1 SD ini untuk mandiri agar tidak merepotkannya. Anak kecil yang cerdas inipun cepat belajar dan mandiri. Ia terbiasa mengerjakan PR sendiri, mandi dan menyiapkan perlengkapan sekolah pun sendiri. Anak kecil ini terlihat “dewasa” sebelum waktunya.
Suatu saat “malaikat kecil” ini jatuh sakit. Badannya panas dan terkadang menggigil. Sang ibu memberinya obat penurun panas. Pada saat bersamaan sang ibu harus pergi dinas ke luar kota. “Nak bunda pergi kerja dulu ya” kata ibunya. Sang anak segera memeluk ibunya sambil berkata, “Mama, sebelum berangkat mandikan aku dulu, ya.” Ibunya menjawab, “Nak, kan biasanya bisa mandi sendiri. Ibu pergi sekarang ya, nanti ibu ketinggalan pesawat.”
“Malaikat kecil” itu kembali merayu, “Mama, mandikan aku. Aku ingin dimandiin mama. Sekali ini saja. Setelah itu aku gak minta dimandiin lagi.” Perempuan karir yang sedang terburu-buru itu kembali berkata, “Mandi sama bibi Yoyo saja ya, mama buru-buru. Mama harus segera ke bandara.” Anak mungil itu pun menangis, “Mama, mandikan aku. Mama, mandikan aku.” Tapi sang ibu tetap pergi meninggalkannya.
Setelah dua hari tugas di luar kota, wanita itu menerima telepon dari asisten rumah tangganya bahwa panas anaknya semakin tinggi. Singkat cerita, anak itu akhirnya dibawa ke rumah sakit dan meninggal. Mendengar kabar itu, sang ibu berbegas pulang dan langsung menuju rumah sakit tempat anaknya dirawat.
Setibanya di rumah sakit sambil menangis ia memeluk dan menciumi anaknya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa. Setelah tangisnya mereda, petugas rumah sakit menemuinya. Pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya adalah, “Ibu mau memandikan putri ibu sendiri atau kami yang memandikan?”
Mendengar pertanyaan tersebut, ia tertegun. Tiba-tiba air mata yang tadi surut kembali membanjir di pipinya. Sambil terisak ia berucap, “Nak, jadi ini maksudmu mandikan aku mama. Nak, ayo hidup lagi nak, mama mandiin. Ayo nak mama mandiin sepuas kamu, naaaak… Mama sayang sama kamu. Mama ingin memandikan kamu setiap hariii…”
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini
Sumber http://www.jamilazzaini.com/
Beberapa tahun lalu saya mendapatkan sebuah cerita dari sahabat saya mas Zaim Saidi. Beliau bercerita tentang satu keluarga yang sangat sibuk mengejar karir. Sang suami dan istri masing-masing bekerja di sebuah perusahaan ternama.
Bila ditanya alasan Anda bekerja, keduanya menjawab demi kebahagiaan keluarga. Tetapi bila ditanya berapa lama Anda bersama keluarga dalam satu pekan, mereka hanya terdiam. Suami istri ini sudah dikaruniai anak yang sangat lucu, cerdas dan cantik. Mereka menyebut anaknya sebagai “malaikat kecil” karena memang anak itu sangat menghibur dan membahagiakan bagi mereka.
Mereka mengajari anaknya yang baru kelas 1 SD ini untuk mandiri agar tidak merepotkannya. Anak kecil yang cerdas inipun cepat belajar dan mandiri. Ia terbiasa mengerjakan PR sendiri, mandi dan menyiapkan perlengkapan sekolah pun sendiri. Anak kecil ini terlihat “dewasa” sebelum waktunya.
Suatu saat “malaikat kecil” ini jatuh sakit. Badannya panas dan terkadang menggigil. Sang ibu memberinya obat penurun panas. Pada saat bersamaan sang ibu harus pergi dinas ke luar kota. “Nak bunda pergi kerja dulu ya” kata ibunya. Sang anak segera memeluk ibunya sambil berkata, “Mama, sebelum berangkat mandikan aku dulu, ya.” Ibunya menjawab, “Nak, kan biasanya bisa mandi sendiri. Ibu pergi sekarang ya, nanti ibu ketinggalan pesawat.”
“Malaikat kecil” itu kembali merayu, “Mama, mandikan aku. Aku ingin dimandiin mama. Sekali ini saja. Setelah itu aku gak minta dimandiin lagi.” Perempuan karir yang sedang terburu-buru itu kembali berkata, “Mandi sama bibi Yoyo saja ya, mama buru-buru. Mama harus segera ke bandara.” Anak mungil itu pun menangis, “Mama, mandikan aku. Mama, mandikan aku.” Tapi sang ibu tetap pergi meninggalkannya.
Setelah dua hari tugas di luar kota, wanita itu menerima telepon dari asisten rumah tangganya bahwa panas anaknya semakin tinggi. Singkat cerita, anak itu akhirnya dibawa ke rumah sakit dan meninggal. Mendengar kabar itu, sang ibu berbegas pulang dan langsung menuju rumah sakit tempat anaknya dirawat.
Setibanya di rumah sakit sambil menangis ia memeluk dan menciumi anaknya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa. Setelah tangisnya mereda, petugas rumah sakit menemuinya. Pertanyaan pertama yang diajukan kepadanya adalah, “Ibu mau memandikan putri ibu sendiri atau kami yang memandikan?”
Mendengar pertanyaan tersebut, ia tertegun. Tiba-tiba air mata yang tadi surut kembali membanjir di pipinya. Sambil terisak ia berucap, “Nak, jadi ini maksudmu mandikan aku mama. Nak, ayo hidup lagi nak, mama mandiin. Ayo nak mama mandiin sepuas kamu, naaaak… Mama sayang sama kamu. Mama ingin memandikan kamu setiap hariii…”
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? Follow saya di twitter: @jamilazzaini